Postingan kali ini akan membahas tentang Pengertian dan Ciri-ciri Kalimat Efektif.
Pernakah kalian membaca teks yang kalimatnya sulit dipahami? Atau, pernahkah kalian melihat orang yang sengaja mengetes reaksi orang lain dengan cara membuat kalimat yang kontroversial dan ambigu? Kalau pernah, besar kemungkinan kalimat yang kalian baca itu berupa kalimat yang tidak efektif.
Sebagai contoh, admin seringkali menjumpai orang yang membuat postingan yang berupa kalimat yang menimbulkan kerusuhan. Kalimat tersebut seperti: āMendoakan orang mati hukumnya haram.ā
Sontak setelah membaca kalimat itu, banyak warganet yang memberikan tanggapan negatif. Padahal yang dimaksud penulis adalah mendoakan orang lain supaya mati itu tidak boleh. Sedangkan makna yang dipahami sebagian warganet adalah tidak boleh mendoakan orang yang sudah mati.
Di situ, terjadi perbedaan informasi antara yang disampaikan penulis dengan yang diterima pembaca.
Agar tidak terjadi kasus seperti itu, kita perlu menyusun kalimat secara efektif supaya pembaca bisa dengan mudah memahami maksud yang kita sampaikan.
Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang bisa mengungkapkan apa yang dimaksud penulis/pembicara sebagaimana mestinya. Maksudnya apa yang ingin disampaikan penulis/pembicara harus bisa dipahami oleh pembacanya sama persis.
Supaya kalimat tersebut tidak dipahami lain oleh pendengar/pembacanya, kalimat tersebut harus dibuat secara lugas dengan menggunakan kaidah-kaidah tertentu.
Dalam makna lain, kalimat efektif adalah kalimat yang memudahkan pembaca atau pendengarnya memahami informasi yang terkandung dalam kalimat tersebut.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif tidak selalu berupa kalimat yang pendek. Yang terpenting adalah harus terdapat kesamaan informasi antara yang disampaikan penulis atau pembicara dengan yang diterima pendengar atau pembaca.
Kalimat pendek bisa saja bukan kalimat efektif jika informasinya membingungkan. Sebaliknya, bisa saja kalimat yang panjang adalah kalimat yang efektif karena informasinya bisa dipahami dengan mudah.
Jadi, pendek atau panjang suatu kalimat bukanlah ciri kalimat efektif. Ciri-ciri kalimat efektif antara lain kelugasan, ketepatan, kejelasan, kehematan, dan kesejajaran.
Kelugasan
Salah satu ciri kalimat efektif adalah kalimat tersebut harus lugas. Artinya, kalimat tersebut harus berupa kalimat sederhana dan tidak berbelit-belit. Kalimat yang lugas hanya menyebutkan informasi yang penting-penting atau pokok-pokok saja dan mengabaikan yang tidak perlu.
Contoh:
Aryo memakan ketupat dan Aryo meminum teh.
Kalimat tersebut bukanlah kalimat yang lugas. Pada kalimat majemuk setara jika subjek pertama dan subjek kedua itu sama maka subjek kedua harus dilesapkan.
Agar menjadi kalimat efektif yang lugas maka kalimat tersebut seharusnya seperti ini:
Aryo makan ketupat dan meminum teh.
Ketepatan
Ketepatan di sini maksudnya adalah informasi yang disampaikan harus tepat sasaran. Jika tidak tepat sasaran, kalimat tersebut bisa menimbulkan salah paham karena kalimatnya ambigu dan multitafsir. Misalnya:
Bagi siswa yang membawa HP harap dimatikan.
Kalimat tersebut bukanlah kalimat yang efektif karena maknanya ambigu. Yang dimaksud penulis adalah HP-nya yang dimatikan.
Namun, maksud yang ingin disampaikan penulis bisa tidak tersampaikan secara tepat jika kalimatnya seperti itu. Bisa jadi, informasi yang ditangkap pembaca adalah orang yang membawa HP yang dimatikan bukan HP-nya.
Untuk menghindari salah paham seperti itu, seharusnya kalimatnya seperti ini:
Siswa yang membawa HP diharapkan mematikan HP-nya.
Kejelasan
Supaya efektif sebuah kalimat harus memiliki ciri kejelasan. Maksudnya unsur-unsur kalimat tersebut harus lengkap dan strukturnya harus jelas.
Contoh:
Rumahnya yang berada di pinggir jalan raya.
Kalimat tersebut tidak memiliki struktur yang jelas karena tidak jelas mana predikatnya. Supaya jelas, kata yang pada kalimat tersebut harus dibuang.
Rumahnya berada di pinggir jalan raya.
Kesalahan yang sering dilakukan kebanyakan orang adalah membuat kalimat dengan pola seperti ini:
Jika ā¦.., makaā¦..
Kalimat yang kedua klausanya diawali konjungsi bukanlah kalimat yang efektif karena tidak jelas mana induk kalimat dan anak kalimat. Jika sebuah klausa dalam suatu kalimat diawali dengan konjungsi, klausa tersebut berposisi sebagai anak kalimat.
Jadi kalimat yang berpola seperti di atas, kedua klausanya adalah anak kalimat. Seharusnya kalimat tersebut hanya memiliki satu konjungsi saja sehingga jelas mana induk kalimat dan anak kalimatnya. Contoh:
Jika kamu rajin belajar, maka kamu akan pintar. ā
Jika rajin belajar, kamu akan pintar. ā
Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah kalimat tersebut tidak boleh boros kata-kata. Contoh:
Bernapas adalah merupakan salah satu ciri makhluk hidup.
Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat kata yang tidak perlu, kalimat tersebut menggunakan dua kata yang bersinonim yaitu adalah dan merupakan. Supaya efektif, seharusnya kalimat tersebut hanya menggunakan salah satu dari kedua kata tersebut, sehingga menjadi
Bernapas adalah salah satu ciri makhluk hidup.
Atau
Bernapas merupakan salah satu ciri makhluk hidup.
Kesejajaran
Dalam hal ini, yang dimaksud kesejajaran adalah struktur yang digunakan dalam kalimat efektif harus sama, paralel, dan sederajat.
Contoh:
Pengecekan keaslian uang bisa dilakukan dengan cara dilihat, diraba, dan menerawangnya.
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak memiliki kesejajaran bentuk katanya. Supaya efektif kalimat tersebut harus diubah dengan cara menyejajarkan penggunaan imbuhannya. Sehingga kalimatnya menjadi:
Pengecekan keaslian uang bisa dilakukan dengan cara dilihat, diraba, dan diterawang.
Demikianlah postingan kali ini tentang Pengertian dan Ciri-ciri Kalimat Efektif. Kesimpulannya, kalimat efektif adalah kalimat yang bisa mengungkapkan apa yang dimaksud penulis/pembicara sebagaimana mestinya. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu kelugasan, ketepatan, kejelasan, kehematan, dan kesejajaran.
Referensi:
Pusat Pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Seri Penyuluhan Kalimat, (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hlm. 54-79
sumber gambar: pixabay.com