Sadar atau tanpa sadar, kesalahan dalam melafalkan kata sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan pelafalan sebetulnya bukan masalah serius karena orang yang mendengarnya masih bisa memahami maksud pembicaraan. Biar bagaimanapun, kesalahan tetaplah kesalahan dan perlu diluruskan.
Salah pelafalan bisa terjadi karena salah dalam pemenggalan kata. Misalnya kata perbankan sering dilafalkan dengan pemenggalan per-ban-kan.
Pemenggalan seperti itu tidak tepat. Kata dasar dari perbankan adalah bank yang kemudian ditambah konfiks per-an. Aturan PUEBI menyatakan pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Dalam KBBI tertulis pemenggalan kata untuk perbankan adalah per.bank.an bukan per.ban.kan.
Selain kata perbankan, ada juga beberapa kata lain yang terkadang salah pemenggalannya. Misalnya akhir dibaca ak-hir seharusnya a-khir, tekstur dibaca tek-stur seharusnya teks-tur, reklame dibaca rek-la-me seharusnya re-kla-me, dan lain sebagainya.
Kemudian, kesalahan pelafalan bisa terjadi dalam melafalkan huruf e. Contohnya melafalkan kata esa dengan ésa. Pelafalan seperti itu kurang tepat, yang benar adalah êsa.
Hal itu lumrah, dalam penulisan bahasa Indonesia kita hanya menggunakan satu jenis huruf e. Padahal dalam bahasa Indonesia huruf e memiliki bunyi yang berbeda-beda. Ada tiga bunyi huruf e yang ada dalam KBBI, yakni è, é, dan ê.
Selain itu, salah pelafalan bisa karena pengaruh bahasa lain. Misalnya melafalkan energi menjadi enerji dan pasca menjadi paska. Kemungkinan, ini disebabkan pengaruh bahasa Inggris yang mana huruf g juga dibaca j dan huruf c dibaca k dan s.
Sebaliknya, salah pengucapan bisa terjadi pada istilah dari bahasa lain karena terpengaruh ejaan bahasa Indonesia. Misalnya melafalkan kata manga dengan pemenggalan ma-nga.
Menurut KBBI pemenggalan untuk kata manga adalah man.ga bukan ma.nga. Sebab, pada kata manga terdapat label Jp yang menandakan kalau kata tersebut adalah kata bahasa Jepang.
Berbeda dengan kata manga, kata mangaka sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia meskipun asalnya dari bahasa Jepang. Pemenggalan yang benar untuk mangaka adalah ma-nga-ka bukan man-ga-ka.
Pedoman pelafalan bahasa Indonesia yang bisa kita gunakan adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kita bisa memperhatikan pemenggalan suatu kata dan diakritik è, é, dan ê yang ditulis di dalam kamus.
Meski demikian, KBBI mempunyai kekurangan jika digunakan sebagai pedoman pelafalan. KBBI versi daring memiliki kekurangan yakni tidak dilengkapi dengan audio pelafalan.
Hal itu berbeda dengan beberapa kamus bahasa Inggris daring di internet. Kamus bahasa Inggris daring biasanya dilengkapi dengan audio untuk mengetahui bagaimana pelafalannya.
Kekurangan lain KBBI yaitu tidak ada petunjuk pelafalan huruf o dan k. Padahal acap kali huruf o dan huruf k dilafalkan secara berbeda. Misalnya huruf o pada kata halo dan gosok. Huruf k juga tidak hanya terdiri dari satu bunyi. Kata kakak misalnya, sering dibaca kaka’ bukan kakak.
Akhir kata, perihal pelafalan kata ini perlu diperhatikan. Sedikit salah dalam mengucapkan kata bahasa Indonesia mungkin tidak sampai menyebabkan miskomunikasi, tetapi setidaknya melafalkan kata dengan tertib bisa menciptakan keselarasan dalam berbahasa.