Penulisan Idulfitri yang benar sudah banyak dibahas di berbagai media. Biasanya penulisan yang benar merujuk pada KBBI. Jika KBBI menulis seperti itu, maka itulah penulisan yang benar.
Namun, dari berbagai tulisan yang beredar, ternyata tidak semuanya satu suara (baca: sependapat). Lalu menurut tulisan ini sendiri, bagaimana penulisan Idulfitri yang benar?
Kalau melihat dari bahasa asalnya yaitu bahasa Arab, Idulfitri terdiri dari dua kata yaitu Id (Ų¹ŁŲÆ) dan al-Fitri (Ų§ŁŁŲ·Ų±). Setelah digabungkan, kedua kata itu berubah menjadi Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŁŲ·Ų±.
Jika Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŁŲ·Ų± ditulis Idul Fitri, al- (Ų§Ł)nya jadi melekat pada kata Id, padahal seharusnya al- tersebut melekat pada kata fitri. Jadi, bisa dibilang penulisan Idul Fitri itu kurang tepat.
Lalu bagaimana dengan Idulfitri? Itu juga berbeda dari tulisan Arabnya, Tulisan aslinya menggunakan spasi yaitu Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŁŲ·Ų±, sementara Idulfitri tidak menggunakan spasi.
Penulisan Idulfitri dalam Bahasa Inggris
Dalam hal ini, penulisan Idulfitri versi bahasa Inggris mungkin lebih sesuai dengan tulisan Arabnya.
Dalam bahasa Inggris, Idulfitri ditulis dengan Eid al-Fitr dengan “al-” menempel pada kata Fitr, bukan pada Eid. Selain itu, kata Eid dan al-Fitr juga dipisahkan dengan spasi, sebagaimana tulisan Arabnya.
Dan jika diperhatikan lagi, ada perbedaan lain antara tulisan Idulfitri dan Eid al-Fitr, yaitu harakat pada huruf dal dan ra. Pada Idulfitri, huruf dal dibaca dengan damah dan huruf raā dibaca dengan kasrah. Sedangkan pada Eid al-Fitr, huruf dal dan ra’ dibiarkan tanpa harakat.
Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor i’rab, di mana harakat pada ujung kata dapat berubah-ubah tergantung pada amil yang memasukinya.
Apakah kata Idulfitri selalu dibaca “Idulfitri”? Ternyata tidak selalu, terdapat contoh pada niat salat Idulfitri yang dibaca sebagai “Idilfitri”, yaitu pada bagian “uį¹£allÄ« sunnatan liāÄ«dilfitri“.
Penulisan Idulfitri dalam Bahasa Indonesia
Namun, Karena kita menggunakan bahasa Indonesia, tentu aturan yang kita ikuti adalah aturan dalam bahasa Indonesia bukan bahasa Inggris atau bahasa yang lain.
Terdapat pedoman transliterasi bahasa Indonesia yang dapat digunakan untuk mengalihaksarakan tulisan Arab ke dalam Latin dengan lebih sesuai, yaitu Pedoman Transliterasi Arab-Latin Hasil SKB 2 Menteri No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.
Apabila mengikuti pedoman transliterasi tersebut, penulisan yang benar adalah āÄŖd al-Fiį¹r. Apostrof ke kanan (ā) menandakan huruf Ų¹, huruf I dengan garis di atas (ÄŖ) menandakan I tersebut dibaca panjang, dan huruf t dengan titik di bawah (į¹) menandakan huruf Ų·.
Namun perlu dicatat, pedoman transliterasi hanya berlaku untuk kata atau istilah yang belum dibakukan. Dalam hal ini, pedoman transliterasi tidak dapat diterapkan pada kata Idulfitri karena kata tersebut sudah dibakukan.
Penulisan Idulfitri yang baku adalah Idulfitri. Penulisan ini mengikuti kaidah penyerapan kata, yang memiliki aturan berbeda dengan pedoman transliterasi. Berikut penjelasannya.
Penulisan Idulfitri Menurut Kaidah Penyerapan Kata
Jika mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), penyerapan kata Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŁŲ·Ų± menjadi Idulfitri mengikuti kaidah sebagai berikut:
1. āain (Ų¹ Arab) pada awal suku kata menjadi a, i, u.
Itulah mengapa huruf I pada Idulfitri ditulis I (tanpa apostrof ke kanan), bukan āI (dengan apostrof ke kanan).
2. i (Arab, bunyi pendek atau panjang) menjadi i.
Itulah mengapa huruf I pada Idulfitri ditulis I (tanpa garis di atas), bukan ÄŖ (dengan garis di atas).
3. į¹a (Ų· Arab) menjadi t.
Itulah mengapa huruf t pada Idulfitri ditulis t (tanpa titik di bawah), bukan į¹ (dengan titik di bawah).
Itulah beberapa alasan mengapa Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŁŲ·Ų± dalam bahasa Indonesia ditulis Idulfitri bukan āÄŖd al-Fiį¹r.
Lantas, mengapa “Idulfitri” tidak ditulis “Idul Fitri”? Saya belum menemukan aturan resmi mengenai hal ini. Namun, jika kita melihat kata-kata baku yang berasal dari bahasa Arab, penulisan seperti ini biasanya digabung, bukan dipisah.
Misalnya pada kata-kata seperti khatulistiwa bukan khatul istiwa, Zulhijah bukan Zul Hijah, Iduladha bukan Idul Adha, husnulkhatimah bukan husnul khatimah. Meskipun ada juga yang ditulis dengan dipisah, seperti pada kata sahibul mal.
Bisa jadi, kata Idulfitri ditulis dengan digabung karena dianggap sebagai gabungan kata yang sudah padu. Hal ini sejalan dengan aturan PUEBI yang menyatakan bahwa gabungan kata yang sudah padu harus ditulis serangkai.
Kasusnya seperti pada kata kacamata yang penulisannya digabung meskipun terdiri dari dua kata yaitu kata kaca dan mata. Hal itu karena kata kacamata merupakan gabungan kata yang sudah padu sehingga ditulis demikian.
Pertanyaan lain, mengapa huruf pertama Idulfitri ditulis dengan huruf kapital? Penulisan tersebut didasarkan pada aturan penggunaan huruf kapital dalam PUEBI. Menurut aturan tersebut, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama hari raya, sehingga penulisan yang benar adalah Idulfitri, bukan idulfitri.
Apakah penulisan “Idul Fitri” itu salah? Pertanyaan ini berkaitan dengan apakah penulisan tersebut baku atau tidak. Namun, keputusan untuk menggunakan kata baku atau tidak baku tergantung pada preferensi masing-masing individu. Namun, dalam konteks tulisan resmi dan formal, sudah seharusnya menggunakan kata yang baku.
Untuk mengetahui penulisan yang baku, rujukan kita adalah KBBI. Hanya saja, KBBI ini terus mengalami pemutakhiran sehingga ada kata tertentu yang mengalami perubahan penulisan. Sebagai contoh, dilansir dari akun Twitter @ivanlanin, berikut beberapa kata serapan bahasa Arab yang mengalami perubahan ejaan pada tahun 2019:
Ejaan Lama | Ejaan Baru |
---|---|
Alquran | Al-Qur’an |
Baitulmakdis | Baitulmaqdis |
Kakbah | Ka’bah |
Lailatulkadar | Lailatulqadar |
Masjidilaksa | Masjidilaqsa |
Menurut KBBI terbaru, ejaan yang benar untuk Idulfitri adalah Idulfitri (digabung). Saya tidak tahu bagaimana ejaan Idulfitri menurut KBBI versi lama. Setelah mencari file KBBI versi lama di internet, yang saya temukan adalah Kamus Bahasa Indonesia (KBI) dari Pusat Bahasa yang diterbitkan pada tahun 2008. Menurut KBI tersebut, ejaan yang benar adalah Idul Fitri (dipisah).
Jadi, kamus mana yang harus diikuti? Tentu kamus yang paling mutakhir, yaitu KBBI edisi 5. Sedangkan kamus versi lama yang sudah tidak berlaku, tidak perlu kita ikuti lagi.
Demikianlah penjelasan tentang penulisan Idulfitri yang benar. Semoga bermanfaat.