Bisa jadi, beberapa orang menganggap āemosiā hanya sebatas āmarah-marahā. Namun, sebenarnya emosi tidak terbatas pada kemarahan saja. Marah hanyalah salah satu dari banyak jenis emosi yang ada.
Emosi bisa berupa ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, kemarahan, keterkejutan, dan masih banyak lagi. Emosi ini bersifat sementara, artinya mereka dapat muncul dan meluap-luap, tetapi akan mereda beberapa saat kemudian.
Emosi adalah bagian yang sangat manusiawi. Sebagai manusia, sudah pasti kita mengalami berbagai macam emosi.
Rasa marah, sedih, senang, takut, semuanya adalah hal yang normal. Kita tidak perlu menyangkal keberadaan perasaan ini dalam diri kita atau orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memvalidasi emosi yang dirasakan oleh seseorang.
Apa Itu Validasi Emosi
Validasi emosi adalah proses mengakui, memahami, dan menerima emosi yang dirasakan seseorang baik itu orang lain maupun diri sendiri.
Validasi emosi bukan berarti setuju dengan perasaan mereka. Validasi emosi berarti mengakui bahwa emosi tersebut benar-benar valid dirasakan seseorang.
Misalnya, kita bisa memvalidasi emosi seseorang dengan mengatakan:
- Saya tahu kok kalau kamu marah.
- Saya tahu ini sulit.
- Saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan.
- Wah bahagianya.
- Kamu pasti bisa melewati ini.
- Wajar kalau kamu sedih.
Kebalikan dari validasi emosi adalah invalidasi emosi. Invalidasi emosi adalah menolak, mengabaikan, atau menghakimi emosi yang dirasakan orang lain.
Contoh invalidasi emosi, seperti mengatakan:
- Apaan sih lebay banget.
- Bercanda doang, gitu aja baper.
- Nangis terus, cengeng banget jadi orang.
- Dasar penakut.
- Sudahlah, tak perlu marah-marah.
Validasi emosi adalah hal yang penting dalam hubungan dengan orang lain. Dengan memvalidasi emosi, seseorang merasa dipedulikan, dihargai. Hubungan pun akan lebih erat.
Sebaliknya, invalidasi emosi bisa menyakiti dan menyebabkan seseorang merasa diremehkan, dikucilkan, dan tidak dihargai. Ini bisa berimbas pada merenggangnya hubungan antarindividu.
Sebenarnya, validasi emosi tidak hanya bisa dilakukan kepada orang lain tetapi juga kepada diri sendiri. Dengan memvalidasi emosi diri sendiri, kita bisa menerima dan memahami diri sendiri secara lebih baik.
Sebelum mendapatkan validasi dari orang lain, alangkah baiknya jika kita bisa memvalidasi emosi diri kita sendiri.
Memang penting mendapatkan validasi emosi, namun menjadi masalah jika kita terlalu bergantung pada validasi dari orang lain. Oleh karena itu, tidak perlu terlalu bergantung pada orang lain dan tidak menjadikan validasi dari mereka sebagai kebutuhan yang selalu harus dipenuhi.